Javan Gibbon Center kembali mendapatkan anggota baru. Kali ini satu individu owa jawa bernama Ukong diserahkan secara sukarela oleh seorang warga di daerah Mega Mendung, Bogor. Tepat pada 30 Januari 2017 kemarin, tim JGC menjemput Ukong langsung ke sebuah villa tempat Ukong dipelihara. Ukong telah dipelihara sejak bayi. Pemiliknya mengaku mendapatkan Ukong dari Pasar Pramuka dan tertarik untuk memelihara karena kasihan terhadap Ukong. Diperkirakan usia Ukong kini sudah mencapai 7 tahun.
Ukong pun terbilang cukup jinak. Menurut penjaga yang bertugas memberi makan Ukong, Ukong senang jika kepalanya dielus. Sehari-harinya Ukong diberi makan buah-buahan pasar. Kondisi fisik Ukong pun nampak sehat, meski ukuran tubuhnya terbilang kecil untuk owa seusianya.
Manusia memang diciptakan berbeda dengan hewan. Selain memiliki naluri, manusia juga diberi nurani yang dikaruniakan Tuhan YME. Rasa kasihan yang dirasakan pemilik Ukonglah yang mendorong dirinya untuk membeli dan memelihara Ukong. Tetapi nuranilah yang kemudian menyadarkan beliau untuk menyerahkan Ukong agar dapat menjalankan proses rehabilitasi di JGC. Karena sebesar apa pun rasa kasih sayang kita pada owa jawa, tidaklah adil rasanya untuk membiarkan mereka terkungkung dalam sebuah kandang. Apalagi mengingat pentingnya peran owa jawa di hutan. Maka tak ada tempat lain yang paling baik untuk owa jawa selain di hutan, bersama dengan pepohonan dan sesama owa jawa lainnya.
Apa yang sudah terjadi tentu tidak dapat diulang kembali, hanya bisa diperbaiki. Untuk itulah penyebaran informasi terus dilancarkan, agar JGC dapat bekerja sama dengan masyarakat dalam upaya konservasi owa jawa ini. Karena kerja sama antara JGC, institusi pemerintahan dan masyarakatlah yang menjadi kunci masalah jual-beli satwa liar. Masyarakat perlu tahu, bahwa owa jawa bukanlah hewan “lucu” yang bisa dipelihara. Owa jawa adalah hewan langka endemik yang keberadaannya dilindungi oleh undang-undang.
Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati?

Bahkan owa jawa dengan kondisi yang terlihat normal dan sehat seperti Ukong saja masih tetap membutuhkan banyak usaha dalam merehabilitasinya. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun agar Ukong menjadi liar kembali dan siap untuk dilepas ke alam bersama pasangan atau keluarga barunya nanti. Belum lagi proses penjodohan yang membutuhkan banyak kesabaran. Karena jangan pernah lupa dengan sifat owa jawa yang begitu selektif dalam memilih pasangan karena sifat monogaminya.
Maka mari hentikan perdagangan satwa liar dengan tidak membeli atau memelihara mereka. Jika menemukan ada yang memelihara maka laporkankanlah segera pada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (BBKSDAE), Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KKLH) atau hubungi JGC secara langsung. Apalagi keberadaan spesies owa jawa di alam memang sudah mengkhawatirkan. Tidak banyak yang tersisa di alam. Salah dua penyebab utamanya adalah perburuan liar dan perusakan hutan yang menjadi tempat tinggal owa jawa.
Jadi, jika esok lusa anda menemukan owa jawa diperjual-belikan, apa yang akan ANDA lakukan?
 
															


