Sebuah kado istimewa kedua bagi Yayasan Owa Jawa di bulan ini. Bersamaan dengan lahirnya bayi owa di area pelepasliaran owa jawa di Gunung Puntang pada 14 Januari 2017 lalu, satu bayi owa jawa lainnya lahir di pusat rehabilitasi Javan Gibbon Center (JGC). Bayi owa jawa tersebut adalah keturunan pertama dari pasangan Willie (Jantan) dan Sasa (Betina). Keduanya telah dipasangkan sejak tahun 2012.
Setelah penantian panjang selama 5 tahun, akhirnya perjodohan Willie yang berusia 9 tahun dan Sasa yang diperkirakan berusia 11 tahun membuahkan hasil yang begitu dinanti-nantikan. Kini, keduanya tengah sibuk menjaga dan merawat bayi mereka. Willie sang ayah pun terlihat begitu perhatian dan selalu berada di dekat Sasa dan bayinya. Ikatan emosional antara Willie dan Sasa pun menjadi semakin kuat dengan kehadiran bayi mereka. Harapannya, akan tiba waktunya mereka merasakan kebebasan yang sesungguhnya di alam liar, rumah dimana mereka seharusnya tinggal.
Tidak mudah untuk menjodohkan owa jawa; terlebih owa jawa dikenal sebagai salah satu spesies yang monogami. Karena sifat dasar itulah owa jawa cenderung selektif dalam memilih pasangan. Pemilihan pasangan yang tidak sesuai dapat berakibat pasangan owa tidak dapat berkembang biak. Padahal keturunan merekalah yang akan menjaga keberlangsungan populasi spesies owa jawa di alam.
Mengapa penting sekali bagi owa jawa hasil rehabilitasi untuk menghasilkan keturunan?
Owa jawa yang telah diambil dari hutan kebanyakan telah kehilangan sifat “liar”nya. Untuk itu upaya rehabilitasi dilakukan, yaitu mengenalkan kembali gaya hidup owa yang sesungguhnya di alam liar. Meski demikian, owa jawa hasil rehabilitasi tidak akan 100% sama dengan owa liar yang sesungguhnya namun setidaknya mendekati perilaku owa liar. Harapan besar tertumpu pada keturunan mereka yang akan hidup bebas di alam, tanpa campur tangan manusia.
Lahirnya bayi owa di JGC ini tentu merupakan berita bahagia. Tetapi alih-alih lahir di balik kawat kandang rehabilitasi, bukankah jauh lebih baik jika owa jawa dapat lahir di alam liar tempat tinggal mereka yang sesungguhnya? Jadi janganlah kita lupa dengan ancaman sesungguhnya terhadap keberlangsungan spesies endemic pulau Jawa ini.
Perburuan liar dan jual-beli satwa ilegal masih menjadi musuh besar spesies ini. Bayangkan saja, owa jawa hanya dapat menghasilkan keturunan setiap 3-3,5 tahun sekali. Sementara perburuan liar terus terjadi setiap tahun. Karena setiap tahun ada saja owa jawa yang harus direhabilitasi, dengan kemungkinan masih banyak masyarakat yang memeliharanya. Jika hal itu terus terjadi, maka sebanyak apa pun owa yang direhabilitasi, sebanyak apa pun bayi owa yang lahir, populasi owa jawa di alam akan terus menurun dan kita tidak akan mampu mengejar ketinggalan itu. Edukasi pun harus terus dilakukan. Kenyataan bahwa owa jawa adalah satwa dilindungi yang tidak boleh dipelihara dan diperjual-belikan harus disebarluaskan.
Jadi, bagaimana menurut ANDA? Masih ingin memelihara owa jawa?