Sebuah kado istimewa baru saja tiba bagi seluruh keluarga besar Yayasan Owa Jawa di bulan pembuka 2017 ini. Untuk pertama kalinya, satu individu bayi owa dari pasangan owa hasil rehabilitasi berhasil lahir di alam liar. Tepatnya pada 14 Januari lalu, pada pukul 08.55 WIB. Tim monitoring Yayasan Owa Jawa menyaksikan langsung proses kelahiran bayi owa saat sedang melakukan kegiatan monitoring harian rutin. Bayi tersebut adalah keturunan dari Mel dan Pooh, pasangan owa Jawa hasil rehabilitasi di Javan Gibbon Center (JGC) yang berhasil dilepasliarkan tahun lalu. Sebelumnya, Mel dan Pooh telah memiliki keturunan satu individu owa Jawa bernama Asri, yang diberi nama langsung oleh Presiden Jokowi, pada saat KTT Asia Afrika berlangsung tahun 2015. Asri berjenis kelamin betina dan lahir di JGC dua tahun yang lalu.
Setelah melewati proses rehabilitasi yang panjang di Javan Gibbon Center (JGC), didukung dengan sejumlah data mengenai kondisi fisik dan perilaku yang sesuai harapan, Mel, Pooh dan Asri akhirnya dilepasliarkan secara resmi pada 10 Agustus 2016 lalu, setelah melalui masa habituasi selama empat bulan di Gunung Puntang. Peristiwa tersebut merupakan kali keempat Yayasan Owa Jawa melakukan pelepasliaran di Gunung Puntang. Dari beberapa pasangan owa Jawa yang dilepasliarkan, kelahiran bayi kedua pasangan Mel dan Pooh ini merupakan proses kelahiran pertama owa Jawa yang berhasil teramati oleh tim monitoring di kawasan pelepasliaran. Hal tersebut membuktikan bahwa proses reintroduksi owa Jawa terhadap alam liar pun akhirnya telah sukses secara sempurna.
Pooh, sesaat setelah melahirkan bayinya
Tidaklah mudah untuk menyelamatkan spesies yang keberadaannya mulai terancam di alam. Selain proses rehabilitasi yang panjang dan membutuhkan waktu hingga tahunan, pemilihan habitat yang sesuai untuk proses reintroduksi pun tidak kalah penting. Sejumlah analisa mulai dari keanekaragaman hayati, ketersediaan pakan dan identifikasi predator, hingga sosial masyarakat pun perlu dilakukan untuk memastikan satwa yang hendak menempatinya dapat bertahan hidup. Tugas para pejuang owa Jawa pun tidak cukup hingga owa Jawa dilepasliarkan. Melainkan terus menerus hingga benar-benar diyakini bahwa owa Jawa dapat hidup dan bertahan di habitat aslinya. Hal tersebut tentunya harus didukung dengan data-data yang mumpuni. Untuk itulah tim monitoring dan patroli pun secara intensif terus dikerahkan.
Proses monitoring dan patrol rutin dilakukan untuk melihat kondisi owa Jawa yang dilepasliarkan dan juga kondisi habitat atau alam yang menjadi tempat baru mereka untuk menghabiskan sisa hidupnya. Keselarasan antara dua hal tersebutlah yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan upaya penyelamatan owa Jawa. Karena itulah terdapat tiga parameter utama suksesnya proses reintroduksi owa Jawa ke habitat aslinya, yaitu : 1) owa Jawa dapat mencari dan mengkonsumsi pakan alami, 2) owa Jawa tidak terpisah dari pasangannya, dan 3) pasangan owa Jawa mampu menghasilkan keturunan. Point ketiga itulah yang menjadi puncak keberhasilan dari proses reintroduksi owa Jawa. Hal tersebut dapat diketahui bahwa secara naluriah owa yang dilepasliarkan sudah sangat nyaman dengan kehidupan barunya di alam liar. Owa Jawa pun siap untuk menghasilkan keturunan untuk kemudian secara perlahan tapi pasti dapat meningkatkan populasi mereka di alam secara keseluruhan.
Pooh, ibu yang begitu begitu menyayangi anaknya
Keberhasilan ini tentunya merupakan buah dari kerja-keras seluruhp ejuang konservasi owa Jawa yang berada di bawah naungan Yayasan Owa Jawa, dan pihak-pihak lain yang turut mendukung proses penyelamatan owa Jawa karena kepeduliannya dengan keberlangsungan spesies ini di alam. Untuk itu tahun 2017 pun menjadi tahun yang penuh harapan dan tantangan bagi Yayasan Owa Jawa. Lahirnya bayi owa Jawa pertama di Gunung Puntang memberikan harapan bahwa upaya yang dilakukan Yayasan Owa Jawa dapat benar-benar memberikan hasil yang diharapkan. Meski disertai dengan tantangan-tantangan baru untuk terus berusaha menyelamatkan owa Jawa yang tersisa.
Begitu banyak agenda yang menanti di tahun 2017. Masih banyak owa Jawa yang harus direhabilitasi dan dilepasliarkan, makin banyak habitat owa Jawa yang perlu direstorasi, dan tentunya masih banyak masyarakat yang perlu ditingkatkan kesadararannya. Keterkaitan antara owa Jawa, hutan dan manusia, saling membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan. Karena edukasi yang berkelanjutan dapat memberikan pemahaman akan pentingnya keberadaan spesies mengagumkan yang merupakan hewan endemik pulau Jawa ini. Yayasan Owa Jawa berbagi mimpi dimana owa Jawa akan terus ada dan memainkan perannya dalam ekosistem hingga beratus-ratus tahun kemudian. Bergelantungan diantara ranting-ranting pohon yang asri dan rindang, melagukan nyanyian indah mereka. Yayasan Owa Jawa siap untuk terus bekerja mewujudkan mimpi besar itu. Bagaimana dengan ANDA?