Billy Putri : Sebuah Potret Terputusnya Rantai Informasi antara Owa Liar dan Owa Rehabilitan

Billy Putri adalah salah satu bayi owa Jawa yang lahir di Javan Gibbon Center (JGC). Ia lahir pada tanggal 28 April 2018 lalu melalui prosedur sesar. Bayi owa jawa berjenis kelamin betina ini merupakan keturunan dari pasangan owa jawa yang telah bertahun-tahun menjalani proses rehabilitasi di Javan Gibbon Center (JGC), Boby dan Jolly.

Tak  dapat dipungkiri, kehadiran Billy Putri di JGC menjadi salah satu moment keberhasilan yang membahagiakan bagi seluruh keluarga besar Yayasan Owa Jawa (YOJ). Karena kelahiran bayi owa dari para owa rehabilitan merupakan salah satu ciri berhasilnya proses perjodohan. Dimana hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan utama menuju pelepasliaran, setelah syarat-syarat lainnya seperti kondisi fisik, perilaku maupun psikis yang terpenuhi.

Meski demikian, kelahiran Billy Putri juga menyisakan kesedihan yang cukup dalam. Jolly sang induk mengalami kesulitan melahirkan hingga harus menjalani prosedur sesar. Prosedur sesar berjalan dengan lancar dan sang induk maupun bayinya dapat terselamatkan. Sayangnya, setelah proses operasi, Jolly tidak dapat mengenali bayinya dan menolak untuk menyusui bayinya layaknya seorang induk pada umumnya.

Pengambilan keputusan dalam upaya menyelamatkan induk owa jawa yang akan melahirkan memang bukanlah hal yang mudah. Beberapa resiko mungkin dapat terjadi. Salah satunya adalah seperti yang dialami Jolly yang tidak dapat mengenali Billy Putri sebagai bayinya. Prosedur sesar merupakan pilihan paling akhir yang diambil hanya jika induk owa jawa benar-benar mengalami kesulitan menjalani proses melahirkan. Yaitu ketika induk owa jawa dan bayi berada dalam kondisi terancam kehilangan nyawa, maka prosedur sesar pun dilakukan dalam upaya menyelamatkan nyawa keduanya. Beruntung, upaya pertolongan dapat dilakukan segera dan Jolly beserta bayinya dapat terselamatkan.

Meski kini Billy Putri tetap dapat tumbuh besar dan sehat dibawah pengawasan para keeper, beberapa pertanyaan penting pun muncul ke permukaan.

Faktor apakah yang menjadi penyebab Jolly atau pun beberapa owa rehabilitan lainnya mengalami kesulitan dalam proses melahirkan? Lalu mengapa Jolly tak dapat mengenali bayinya?

Untuk menjawab pertanyaan pertama, mari kita telusuri perbedaan yang dimiliki oleh Jolly sebagai owa rehabilitan dan owa liar di alam. Owa liar menjalani kehidupan dalam satu keluarga yang terdiri dari induk betina dan jantan dengan dua atau tiga anak. Rata-rata owa betina dewasa memiliki keturunan setiap tiga hingga empat tahun sekali. Dan ketika anaknya telah menginjak usia remaja hingga dewasa, sang anak akan mulai memisahkan diri untuk mencari pasangan, membentuk keluarga owa baru dan memulai siklus yang sama. Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang didapatkannya sejak bayi saat hidup bersama induk jantan dan betinanya. Proses transfer pengetahuan dari induk kepada keturunannya tersebut meliputi berbagai macam hal dari mulai bagaimana mencari makan dan bertahan hidup hingga bagaimana cara berkembang biak dan membesarkan keturunannya. Semua itu terjadi secara turun-temurun.

Maka ketika individu owa jawa diambil dari keluarganya dan dijadikan peliharaan, proses transfer informasi itu pun menjadi terputus. Owa jawa yang dipisahkan dari keluarganya tidak mendapatkan pengetahuan-pengetahuan yang seharusnya didapatkan dari kedua induknya untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Meski pada beberapa kasus owa rehabilitan secara naluriah tetap dapat melalui dua proses di atas, namun kemampuan owa liar dan owa rehabilitan kemungkinan besar tidak berada pada level yang sama.

Itulah mengapa satwa liar tak seharusnya dipelihara. Selain karena bahaya akan kemampuannya dalam penularan penyakit dengan manusia, hal tersebut juga menjadi faktor utama terancamnya eksistensi beberapa spesies satwa liar di alam, termasuk owa jawa.

Sementara jawaban akan pertanyaan kedua kuat hubungannya dengan insting. Naluri atau insting adalah sebuah keistimewaan yang dimiliki baik manusia maupun satwa. Bedanya selain insting, manusia dapat bersandar pada akalnya, sementara satwa hanya dapat bersandar pada instingnya. Contohnya, insting laparlah yang memicu satwa liar untuk mencari makan, bersembunyi ketika ada predator, dan sebagainya.

Naluri Jolly sebagai induk tidak muncul besar kemungkinan karena ia “tidak merasa” melahirkan bayinya. Apalagi kita tahu, betapa pentingnya kontak fisik antara induk dan bayi tepat setelah proses kelahiran untuk membangun ikatan emosional antara keduanya. Kini, Billy Putri harus bertahan dengan susu formula bukan dengan ASI ibunya. Ia juga hanya bisa memeluk guling yang disediakan oleh keeper, bukan memeluk ibunya.

Maka dapat disimpulkan, bukanlah operasi sesar yang menyebabkan itu semua. Faktor utama penyebab Billy Putri kini harus tumbuh tanpa ibunya adalah keputusan manusia untuk memelihara Jolly dan memutus proses transfer informasi yang terjadi turun temurun; bahkan sejak manusia dan owa jawa itu diciptakan.

Jadi, bagaimana menurutmu? Masih ingin memelihara owa jawa?

Tulisan terkait

Owa Jawa tinggal 4.000 individu!

Hilangnya habitat merupakan ancaman terbesar bagi populasi Owa Jawa di alam. Hal ini semakin diperparah dengan maraknya perburuan dan perdagangan bayi Owa Jawa untuk dijadikan peliharaan.